Khutbah Pertama إنّ الحمد لله ؛ نحمده ونستعينه ونستغفره ونتوب إليه ، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا , من يهده الله فلا مضل له ، ومن يضلل فلا هادي له ، وأشهد أن لا إلـٰه إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أنّ محمّدًا عبده ورسوله وصفيه وخليله وأمينه على وحيه ومُبلِّغ الناس شرعَه ؛ فصلوات الله وسلامه عليه وعلى آله وصحبه أجمعين . أمّا بعد معاشرَ المؤمنين عبَادَ الله Ayyuhal muslimun, Aisyah radhiallahu anhu pernah bertanya kepada Nabi ﷺ tentang ayat وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ “Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka.” QSAl-Mu’minuun Ayat 60. Ketika Rasulullah ﷺ membacakan ayat di atas, Aisyah radhiyallahu anhuma bertanya, “Apakah mereka adalah orang-orang yang minum khamr dan mencuri?” Rasulullah ﷺ menjawab, “Tidak wahai putri ash-Shiddiq. Mereka itu adalah yang melakukan ibadah shaum, shalat, dan bersedekah, namun mereka takut jika amalan mereka tidak diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Mereka itu adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam segala kebaikan dan mereka selalu menjadi yang terdepan.” Shahih Sunan at-Tirmidzi no 3175, Shahih Sunan Ibnu Majah no 4198. Dalam hadits yang mulia ini, Nabi ﷺ menjelaskan tentang sekelompok orang-orang yang beriman. Mereka mengerjakan banyak ketaatan. Mereka melaksanakan ibadah-ibadah yang dicintai Allah Ta’ala. Bersamaan dengan itu, bersamaan dengan keikhlasan mereka, mereka takut kalau Allah tidak menerima amalan-amalan ketaatan itu. Ayyuhal muslimin, Sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala memuji orang-orang yang takut kepada-Nya dalam banyak ayat. Dia berfirman, إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka.” QSAl-Anfaal Ayat 2. Ketika Allah memuji orang-orang yang takut kepada-Nya, artinya Dia mencela orang-orang yang melakukan hal sebaliknya. Orang-orang yang tidak takut kepada Allah ini merasa aman dari hukuman dan adzab Allah. Sehingga rasa aman itu membuat mereka enggan menunaikan ketaatan. Dan malah berbuat dosa dan kemungkaran. Mereka inilah yang Allah tantang dan ancam dalam firman-Nya, أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ. أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَىٰ أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ. أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ ۚ فَلَا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ. “Maka apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri-negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalahan naik ketika mereka sedang bermain? Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah yang tidak terduga-duga? Tiada yang merasa aman dan azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” QSAl-A’raf Ayat 97-99. Orang yang paling takut kepada Allah Ta’ala adalah mereka yang paling mengenal-Nya Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, yang paling takut kepada Allah Ta’ala adalah para malaikat, para nabi, dan para ulama. Nabi ﷺ bersabda tentang bagaimana takutnya para malaikat kepada Rabb mereka. Beliau ﷺ menceritakan, مررتُ ليلة أسري بي بالملأ الأعلى وجبريل كالحِلس البالي من خشية الله تعالى “Ketika malam isra’, aku melewati penghuni langit dan malaikat Jibril. Mereka seolah-olah seperti alas pelana yang tua-usang bersujud karena takut kepada Allah.” HR. Thabrani di Al-Ausath 5/64. Nabi ﷺ bersabda, إِنِّي أَرَى مَا لَا تَرَوْنَ، وَأَسْمَعُ مَا لَا تَسْمَعُونَ أَطَّتِ السَّمَاءُ، وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ مَا فِيهَا مَوْضِعُ أَرْبَعِ أَصَابِعَ إِلَّا وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا لِلَّهِ، وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَمَا تَلَذَّذْتُمْ بِالنِّسَاءِ عَلَى الْفُرُشِ، وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأَرُونَ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، وَلَوَدِدْتُ أَنِّي شَجَرَةٌ تُعْضَدُ “Sesungguhnya aku melihat apa yang tidak kalian lihat. Aku mendengar sesuatu yang tidak kalian dengar. Langit merintih… dan layak baginya untuk merintih. Tidak ada satu ruang selebar 4 jari, kecuali di sana ada malaikat yang sedang meletakkan dahinya, bersujud kepada Allah. Demi Allah, andaikan kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan sering menangis. Serta kalian juga akan sedikit bermesraan dengan istri-istri di atas ranjang. Sungguh, kalian pasti akan keluar ke jalan-jalan untuk meminta kepada Allah Azza wa Jalla dengan berteriak-teriak. Aku berharap kalaulah aku hanya sebuah pohon yang terpotong.” HR. Ahmad 21516, Turmudzi 2312. Allah Ta’ala memuji orang-orang yang takut kepada-Nya, padahal mereka tidak melihat-Nya إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَٰنَ بِالْغَيْبِ ۖ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ “Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihatnya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” QSYaa Siin Ayat 11. Nabi ﷺ memberi kabar gembira kepada orang-orang yang takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam keadaan sepi maupun ramai. Beliau ﷺ bersabda, سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ…وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ “Tujuh golongan yang dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya… di antaranya …seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” HR. al-Bukhari, Muslim, dan selainnya. Dia menangis karena takut keapda Allah. Ada beberapa jenis ketakutan kepada Allah. Ada yang takut kepada Allah hingga ia khawatir termasuk orang yang munafik. Sebagaimana kata Ibnu Abu Mulaikah rahimahulla Ta’ala أَدْرَكْتُ ثَلاَثِيْنَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبيِّ – صلى الله عليه وسلم – كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ . “Aku telah mendapati 30 orang sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam, semuanya khawatir pada dirinya tertimpa kemunafikan.” HR. Bukhari no. 36 Bagaimana tidak? Lihatlah apa yang terjadi pada Umar bin al-Khattab yang telah dijamin masuk surga. Ketika Umar bin al-Khattab mengetahui bahwa Rasulullah ﷺ menyampaikan secara rahasia nama orang-orang munafik kepada Hudzaifah ibnul Yamaan –suatu rahasia yang tidak diberitahukan kepada sahabat yang lain selain Hudzaifah– ia segera menemui Hudzaifah. Sambil berharap, ia berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah, mohon engkau jawab, apakah aku termasuk orang munafik?” Karena kasihan melihat Umar ibnul Khaththab, Hudzaifah menjawab, “Tidak, tapi aku tidak bisa menjamin seorang pun selainmu.” Hal itu ia katakan agar ia tidak menyebarkan rahasia yang telah diamanahkan Rasulullah ﷺ kepadanya. Di antara contoh orang-orang yang takut kepada Allah juga adalah mereka yang takut ilmunya tidak melahirkan amal. Dalam pepatah dikatakn, اَلْعَالِمُ بِعِلْمِهِ لَمْ يَعْمَلَنْ، مُعَذَّبٌ مِنْ قَبْلِ عُبَّادِ الْوَثَنِ “Orang berilmu yang tak mengamalkan ilmunya, akan disiksa sebelum para penyembah berhala diazab.” Lihatlah sahabat Nabi ﷺ, Abu Darda radhiallahu anhu, ia berkata, “Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas diriku adalah ketika aku ditanya Kamu orang mengetahui atau yang tidak tahu?’ Orang yang tahu’, jawabku. Tidak ada satu pun ayat di dalam Kitabullah, yang memerintah atau melarang, kecuali ia akan datang kepadaku dan bertanya tentang penunaiannya. Ayat yang berisikan perintah akan berkata padaku, Bukankah engkau telah diperintahkan?’ sedangkan ayat yang melarang akan berkata, “Bukankah kau sudah dilarang?’ Kemudian Abu Dzar membaca doa اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْمَعُ Ya Allah Azza wa Jalla , aku berlindung kepadamu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu’, dan dari jiwa yang tidak pernah merasa kenyang, serta dari doa yang tidak didengar.” Contoh lain yang merupakan profil seseorang yang takut kepada Allah adalah seseorang yang takut akan dosa-dosa yang ia lakukan. Abdullah bin Mas’ud radhiallahu anhu mengatakan, إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ فِي أَصْلِ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ وَقَعَ عَلَى أَنْفِهِ قَالَ بِهِ هَكَذَا فَطَارَ “Sesungguhnya seorang Mukmin itu melihat dosa-dosanya seolah-olah dia berada di kaki sebuah gunung, dia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sebaliknya, orang yang durhaka melihat dosa-dosanya seperti seekor lalat yang hinggap di atas hidungnya, dia mengusirnya dengan tangannya –begini-, maka lalat itu terbang.” HR. at-Tirmidzi, no. 2497 dan dishahîhkan oleh al-Albâni rahimahullah. Orang-orang yang fajir tidak memandang dosanya itu banyak. Bahkan ia tidak memandang bahwasanya dosa yang ia lakukan adalah perbuatan dosa. Demikianlah keadaan seorang mukmin yang takut kepada Allah. Contoh lainnya adalah seseorang yang takut kalau dosanya akan menghalanginya dari husnul khotimah. Karena seorang mukmin selalu memikirkan bagaimana akhir hayatnya. Apakah akhir hayatnya itu baik? Apakah saat Allah Subhanahu wa Ta’ala mencabut ruhnya, ia berada dalam ketaatan? Apakah saat ruhnya keluar ia sedang berpuasa, atau sedang bersujud, atau sedang rukuk, atau sedang berhaji, umrah, atau sedang membaca Kitabullah Ta’ala? Ataukah ruhnya keluar saat ia sedang berbuat maksiat? Setan berhasil menggodanya di akhir hayatnya sehingga ia kelua menuju kekufuran atau kemasiatan. Semoga Allah melindungi kita dari yang demikian. Oleh karena itu, Nabi ﷺ mengajarkan kita agar banyak-banyak membaca doa يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِى عَلَى دِينِكَ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ “Wahat Dzat yang membolak-balikan hati, tetapkanlah hati kami di atas agama-Mu. Wahat Dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami untuk selalu taat kepada-Mu.” بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ، ونفعني وإياكم بما فيه من الآيات والذِّكر الحكيم . أقول هـٰذا القول ، وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كلِّ ذنب فاستغفروه يغفر لكم إنّه هو الغفور الرّحيم . Khutbah Kedua الحمد لله عظيم الإحسان واسع الفضل والجود والامتنان ، وأشهد أن لا إلـٰه إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله صلى الله وسلم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين . أمّا بعد عباد الله اتقوا الله تعالى ، Ayyuhal muslimun, Sesungguhnya seorang mukmin dalam kehidupan dunia ini harus hidup dengan perasaan harap dan takut. Tidak boleh rasa takutnya kepada Allah lebih dominan dibanding rasa harapnya sehingga ia berputus asa dari rahmat Allah. Demikian juga, tidak boleh rasa harapnya yang lebih dominan dari rasa takut sehingga ia seperti orang-orang murjiah. Yaitu mereka yang mengatakan, Dosa itu tidak mempengaruhi keimanan’. Seorang beriman yang sejati adalah mereka yang hidup di dunia ini dengan keadaan takut dan harapnya seimbang. Kecuali saat mereka mendekati kematian, maka rasa harapnya kepada Allah harus lebih dominan dari rasa takutnya. Nabi ﷺ bersabda, لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ “Janganlah salah seorang di antara kalian mati melainkan ia harus berhusnu zhon pada Allah” HR. Muslim no. 2877. Demikianlah yang terjadi pada sahabat Muadz bin Jabal radhiallahu anhu. Saat menjelang kematiannya, ia mengatakan, اللَّهُمَّ إِنِّي قَدْ كُنْتُ أَخَافُكَ ، فَأَنَا الْيَوْمَ أَرْجُوكَ ، اللَّهُمَّ إِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنِّي لَمْ أَكُنْ أُحِبُّ الدُّنْيَا وَطُولَ الْبَقَاءِ فِيهَا لِكَرْيِ الأَنْهَارِ وَلا لِغَرْسِ الشَّجَرِ ، وَلَكِنْ لِظَمَأِ الْهَوَاجِرِ وَمُكَابَدَةِ السَّاعَاتِ وَمُزَاحَمَةِ الْعُلَمَاءِ بِالرُّكَبِ عِنْدَ حِلَقِ الذِّكْرِ “Ya Rabbi, dulu aku takut kepada-Mu. Namun pada hari ini aku berharap kepada-Mu. Ya Allah, sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa aku tidak mencintai dunia dan panjang usia di dalamnya untuk menikmati mengalirnya sungai-sungai, tidak pula karena ingin menanam pohon-pohon. Akan tetapi aku hanya ingin merasakan dahaga karena berpuasa di panas yang terik, mengisi saat demi saat dengan bergaul bersama orang-orang ulama, dan menghadiri halaqah-halaqah ilmu.” az-Zuhd oleh Imam Ahmad. Alasan Muadz tinggal di dunia bukan karena mencintai perhiasan dunnia. Tapi ia ingin berpuasa di dalamnya, bergaul dengan orang-orang shaleh, dan menghadiri majelis ilmu. Nabi ﷺ pernah mendatangi seorang pemuda yang dalam keadaan sakaratul maut. Kemudian Beliau bertanya, “Bagaimana engkau menjumpai dirimu?” Dia menjawab, “Wahai, Rasulullah! Demi Allah, aku hanya berharap kepada Allah, dan aku takut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah bersabda لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا الْمَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ “Tidaklah berkumpul dua hal ini yaitu takut dan harap di dalam hati seseorang, dalam kondisi seperti ini, kecuali pasti Allah akan berikan dari harapannya dan Allah berikan rasa aman dari ketakutannya.” HR. at-Turmudzi. Ayyuhal muslimun, Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa. Takutlah kepadanya dengan takut yang hakiki. Karena rasa takut kepada Allah akan mendorong seseorang melakukan berbagai ketaatan. Menjauhkannya dari berbagai maksiat dan dosa. Khotib memohon kepada Allah, agar Dia memberikan kepada saya dan Anda sekalian rasa takut kepada-Nya baik dalam keadaan sepi maupun dilihat orang lain. عباد الله يقول الله جلّ وعلا ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب٥٦] ، ويقول عَلَيْه الصَّلاةُ وَالسَّلامُ مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا . اللهم صلِّ على محمد وعلى آل محمد كما صلّيت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنّك حميد مجيد ، وبارك على محمد وعلى آل محمد، كما باركت على إبراهيم وآل إبراهيم إنّك حميد مجيد . وارض اللّٰهم عن الخلفاء الراشدين الأئمة المهديين ؛ أبي بكر الصديق ، وعمر الفاروق ، وعثمان ذي النُّورين ، وأبي الحسنين عليّ ، وارض اللّٰهم عن الصَّحابة أجمعين وعن التَّابعين ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدِّين وعنّا معهم بمَنِّك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين. اللّٰهم أعزّ الإسلام والمسلمين ، وأذل الشرك والمشركين ، ودمِّر أعداء الدين ، واحم حوزة الدين يا رب العالمين. اللّٰهم آمنا في أوطاننا وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا , اللّٰهم من أرادنا أو أراد بلادنا أو أراد مقدّساتنا أو أراد ولاة أمرنا وعلماءنا بسوء فأشغله في نفسه ، ورُدَّ كيده في نحره يا ذا الجلال والإكرام . اللّٰهم وفِّق وليَّ أمرنا لهُداك ، واجعل عمله في رضاك ، وأعنه على طاعتك يا حي يا قيوم. اللّٰهم آت نفوسنا تقواها ، زكِّها أنت خير من زكاها ، أنت وليها ومولاها ، اللّٰهم زيِّنا بزينة الإيمان واجعلنا هداةً مهتدين. اللّٰهم أصلح لنا ديننا الذي هو عصمة أمرنا ، وأصلح لنا دنيانا التي فيها معاشُنا ، وأصلح لنا آخرتنا التي فيها معادنا ، واجعل الحياة زيادة لنا في كل خير ، والموت راحة لنا من كل شر. اللّٰهم أصلح ذات بيننا ، وألِّف بين قلوبنا ، واهدنا سُبل السلام ، وأخرجنا من الظلمات إلى النور ، وبارك لنا في أسماعنا وأبصارنا وأزواجنا وذرّيّاتنا وأموالنا وأوقاتنا واجعلنا مباركين أينما كنا. اللّٰهم اغفر لنا ولوالدينا ولمشايخنا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات ، ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار . عباد الله اذكروا الله يذكركم ، واشكروه على نعمه يزدكم ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ Oleh tim Artikel
Untukdiketahui bahwa saya in sya Allah termasuk anak yang patuh kepada kedua orang tua, saya tahu bahwa hal ini juga karena doa kedua orang tua kepada saya, dan ucapan kedua orang tua yang mengatakan: "Kami ridho kepadamu, dan Alhamdulillah, Allah telah memberikan rezki kepada kami seorang anak sepertimu". Pertanyaan Ibuku sudah tua umurnya, tahun lalu sakitnya semakin bertambah, dan tidak mampu berpuasa kecuali sepuluh hari. Perlu diketahui bahwa beliau tidak mampu manahan puasa, pertanyaanku adalah bagaimana cara saya mengqodo’ hari-hari yang telah beliau berbuka? Teks Jawaban beliau tidam mampu berpuasa disebabkan sakit, dan ada harapan untuk sembuh serta mampu untuk berpuasa setelah itu, maka yang wajib adalah mengqodo’ hari-hari yang dia berbuka di bulan Ramadan berdasarkan Firman Allah Ta’ala, Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan lalu ia berbuka, maka wajiblah baginya berpuasa, sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. SQ. AL-Baqarah 185.’ Kalau sekiranya dia tidak mampu berpuasa dan tidak ada harapan ke depannya berpuasa disebabkan sakit atau tua, maka tidak diwajibkan berpuasa. Dan diharuskan memberi makan untuk sehari satu orang miskin. Dalil akan hal itu adalah apa yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, 2318 dari Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma terkait dengan Firman Allah Ta’ala وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.’ SQ. Al-Baqarah 184. Berkata, Ini adalah orang tua renta laki-laki dan perempuasa yang keduanya tidak mampu berpuasa, sehingga memberi makanan sebagai penggantinya untuk sehari kepada satu orang miskin.’ An-Nawawi rahimahullah berkata, Sanadnya hasan. Selesai. An-Nawawi rahimahullah berkata di kitab Al-Majmu’, 6/262’Syafi’i dan teman-temannya berkata, Adalah orang tua yang mana puasa memayahkannya yakni mendapatkan kepayahan yang sangat. Orang sakit yang tidak ada harapan sembuh, keduanya tidak ada kewajiban berpuasa tanpa ada perbedaan. Dinukilkan dari Ibnu Munzir adanya ijma’ akan hal itu. dan keduanya diharuskan membayar fidyah menurut pendapat terkuat dari dua pendapat yang ada. Selesai. Syekh Ibnu Baz rahimahullah ditanya dalam Majmu’ Fatawa, 15/203 Tentang wanita yang sudah tua dan tidak mampu berpuasa, apa yang selayaknya dia lakukan? Beliau menjawab, Dia harus memberi makan kepada satu orang miskin untuk sehari sebanyak setengah sho’ dari makanan penduduk setempat baik kurma, beras maupun lainnya. Kadar dalam timbangannya sekitar 1,5 Kg. Sebagaimana telah difatwakan hal itu oleh sekelompok para shahabat Nabi sallallahu’alaihi wa sallam, diantaranya Ibnu Abbas radhiallahu’anhuma. Kalau sekiranya dia fakir, tidak mampu memberi makanan, maka tidak ada apa-apa baginya. Kaffarah tebusan ini diperbolehkan diberikan kepada satu orang atau banyak orang, baik diawal, pertengahan maupun akhir bulan. Wabillahi taufiq. Selesai. Al-Lajnah Ad-Daimah, 10/161 ditanya tentang wanita tua yang tidak mampu berpuasa pada bulan Ramadan. Hal ini telah berlangsung selama tiga tahun dalam kondisi seperti ini, tua dan sakit. Maka apa yang wajib baginya? Dijawab, Kalau kondisinya seperti yang disebutkan, maka dia harus memberi makan untuk hari-hari yang dia berbuka pada bulan Ramadan selama tiga tahun lalu kepada orang miskin. Memberi makanan setengah sho’ dari jenis gandum, kurma, beras, jagung atau seperti makanan keluarga anda. Selesai. Berpuasaadalah tanda bahwa kita takut dan berserah kepada Tuhan. Berpuasa sama halnya kita telah membuka hati sepenuhnya dan membiarkan Tuhan bekerja dalam kehidupan kita. Jadi berpuasalah kami dan memohonkan hal itu kepada Allah dan Allah mengabulkan permohonan kami. Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 59 B. Mengapa Harus Khawatir dan Putus Asa? Sebelum membahas hal ini, mari kita menyanyikan Pelengkap Kidung Jemaat no 241 Tak Ku Tahu Kan Hari Esok. Lagu ini menunjukkan bagaimana seharusnya sikap hidup orang yang percaya walau pun masa depan tidak terlalu jelas, tapi keyakinan bahwa Tuhan akan tetap memimpin dan membawa kita ke tempat yang disiapkan-Nya menjadi modal untuk tetap menjalani kehidupan ini. Tak ku tahu kan hari esok, namun langkahku tegap. Bukan surya kuharapkan, kar’na surya kan lenyap. O tiada ku gelisah, akan masa menjelang; ku berjalan serta Yesus. Maka hatiku tenang. Ref Banyak hal tak ku fahami dalam masa menjelang Tapi t’rang bagiku ini Tangan Tuhan yang pegang. Mintalah peserta didik menyanyikan lagu ini dan menghayati kata- katanya. Apa pesan utama yang disampaikan oleh lagu ini? Apakah pesan ini cocok untuk tiap peserta didik? Mengapa mereka merasa demikian? Dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia, putus asa dianggap sama artinya dengan putus harapan, yaitu keadaan dimana seseorang tidak memiliki harapan. Sejak beberapa tahun terakhir ini kita semakin sering membaca atau mendengar berita tentang orang yang bunuh diri karena merasa tidak mampu melanjutkan hidup. Perhatikan bahwa kata merasa dicetak miring, dan tambahan pada kata merasa ini membuat makna kalimat berbeda dibandingkan dengan tanpa tambahan kata merasa. Artinya, belum tentu orang tersebut betul-betul tidak mampu, mungkin ia hanya merasa bahwa ia tidak mampu, padahal kemampuan untuk bertahan hidup masih ada padanya. Diunduh dari http 60 Buku Guru Kelas VIII SMP Wujud ketidakmampuan bisa beragam, misalnya, karena tidak mampu membayar hutang, tidak mampu membeli makanan untuk anak, tidak mampu membeli obat untuk menyembuhkan penyakit. Majalah Gatra edisi 29 Agustus 2003 menceritakan tentang kisah pilu Heriyanto yang mencoba bunuh diri karena ibunya tidak sanggup memberikan Rp. untuk membayar kegiatan ekstra kurikuler. Pada saat itu, ia baru berumur 12 tahun, masih sangat muda untuk mengerti bahwa tidak bisa membayar kegiatan ekstra-kurikuler tidaklah sama dengan harus mengakhiri hidup. Untung niat ini tidak tercapai walaupun ia sempat dalam perawatan intensif di rumah sakit dan mengalami cacat mental karena ketiadaan sementara aliran zat asam ke otaknya akibat jerat kuat tali di lehernya. Bunuh diri bisa terjadi pada seseorang yang tidak melihat bahwa hidupnya berarti sehingga ia tidak lagi melihat ada gunanya untuk melanjutkan hidup. Apakah dapat dibenarkan, bila kita putus asa untuk melanjutkan kehidupan dan memilih bunuh diri? Apakah memang kita berhak untuk mengakhiri hidup ini? Padahal bukan kita yang memberikan kehidupan dan karena itu mengakhiri kehidupan juga bukanlah hak kita. Suatu pesan yang indah tentang bagaimana menghadapi hidup disampaikan oleh Tuhan Yesus seperti yang diceritakan di dalam Injil Matius 6 25-34. Mari kita baca pesan Tuhan Yesus ini. “Karena itu Aku berkata kepadamu Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu? Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal, namun Aku berkata kepadamu Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu. Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya? Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa Diunduh dari http Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 61 kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” Paling sedikit ada tiga pesan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus disini. Pertama, bahwa kita tidak perlu kuatir untuk makan, minum, dan pakaian sebagai hal yang penting dalam hidup ini. Pemeliharaan Tuhan untuk kita jauh melebihi pemeliharaan Tuhan untuk burung yang tetap hidup karena makanan yang disediakan- Nya. Lihatlah juga pemeliharaan Allah terhadap bunga bakung yang indah. Ini semua menunjukkan bahwa Allah sungguh sangat memperhatikan kehidupan ciptaan-Nya. Salomo, yaitu raja Israel yang paling kaya dibandingkan dengan raja-raja lainnya, tentunya memiliki kemampuan untuk memakai baju yang maha indah. Namun, keindahan baju Salomo tidaklah sebanding dengan keindahan bunga bakung. Padahal, apalah artinya bunga bakung yang hanya disamakan dengan rumput, karena begitu hari berganti, keindahannya pun tidak ada lagi. Kekuatiran akan kecukupan makanan, minuman, dan pakaian dimiliki oleh mereka yang tidak mengenal Allah. Tetapi, mereka yang menjadi anak-anak-Nya tidak perlu memiliki kekuatiran akan hal-hal ini. Mengapa demikian? Karena rahasia keberhasilan menjalani hidup ini ada pada pesan Tuhan Yesus yang kedua. Apa pesan-Nya? Pesan-Nya adalah bahwa yang utama dalam menjalani kehidupan ini adalah mencari Kerajaan Allah dan kebenarannya. Artinya, ketika kita mengutamakan untuk mengenal Allah, karya-karya-Nya, janji-janji-Nya, maka kita akan terpesona terhadap Allah yang sungguh sangat mengasihi kita anak-anak-Nya. Allah selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Kekuatiran yang kita miliki tidaklah sebanding dengan apa yang Allah sanggup berikan kepada kita. Kekuatiran kita tidaklah sanggup membuat kita menjalani hidup dengan nyaman, malahan justru dengan penuh rasa was-was dan ketakutan karena tidak adanya jaminan akan sesuatu yang baik yang akan kita peroleh. Sumber http Gambar Burung sedang mengerumuni makanan Diunduh dari http 62 Buku Guru Kelas VIII SMP Oleh sebab itu, pesan Tuhan Yesus yang ketiga adalah, “...janganlah kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri.” Matius 6 34a Nah, apakah kita bisa menerima pesan Tuhan Yesus yang ketiga ini? Bila kita melihat di sekitar kita, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia hidup dengan penuh kekuatiran. Ada orang yang memilih untuk bekerja dengan sangat keras karena ingin mengumpulkan uang sebanyak- banyaknya demi masa depannya dan keluarganya. Bekerja keras artinya tanpa mengindahkan kesehatan dan makan teratur serta istirahat yang cukup. Gaya hidup seperti ini ternyata malah merusak kesehatan sehingga akibatnya, pada saat ia mencapai usia sekitar 40 tahun, ia menderita penyakit jantung, atau diabetes, dan sebagainya. Padahal, menjaga keseimbangan antara bekerja dan beristirahat, makan secara teratur dan ber gizi adalah penting untuk kelangsungan hidup yang baik. Tidak ada gunanya kita bekerja dengan sangat keras tanpa mengindahkan istirahat dan makanan yang memiliki asupan gizi seimbang bila ternyata kita meninggal dalam usia relatif muda akibat penyakit yang kita derita Bila Tuhan Yesus tidak ingin kita kuatir, Ia juga tentunya tidak ingin kita putus asa. Apalagi bila membunuh diri saking putus asanya. Harusnya, setiap orang percaya memiliki prinsip seperti tertera dalam Mazmur 146 5 “Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolong, yang harapannya pada Tuhan, Allahnya.” Kita bisa menjadi putus asa karena mengandalkan pada kekuatan sendiri, atau mengandalkan orang lain, padahal, kekuatan diri sendiri atau pun kekuatan orang lain ada batasnya. Bila kita mengandalkan pertolongan pada Allah Bapa, apa yang kita butuhkan akan dipenuhi-Nya dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Hal yang kita butuhkan memang merupakan sesuatu yang kita perlukan untuk membuat kita semakin bertumbuh dalam pengenalan akan Dia dan semakin berkarya demi kebaikan sesama. 2. Allah pasti memberikan apa yang memang kita butuhkan untuk kebaikan kita dan orang-orang lain yang ada dalam lingkungan kita. Jadi, saat kita bingung mengenai apa yang kita butuhkan tidak kita dapatkan, Gambar Seorang remaja pria memegang secarik kertas Diunduh dari http Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 63 ingatlah bahwa Allah sangat mengasihi kita dan karena itu Allah sangat memperhatikan kita. Mungkin saja jawaban Allah datang tidak secepat yang kita harapkan, tapi tetap datang pada waktu yang tepat menurut Allah, bukan menurut kita. Tuhan Yesus berkata begini kepada murid- murid-Nya “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak- anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.” Matius 7 9 -11 3. Kita harus gigih meminta apa yang kita butuhkan sampai mendapatkannya. Kegigihan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan memang disarankan oleh Tuhan Yesus sendiri dalam Matius 7 7-8. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan.” Sungguh kata-kata Tuhan Yesus ini sangat menguatkan kita, bukan? C. Penjelasan Kegiatan Pembelajaran dalam Tiap Langkah Haiorang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS Al Baqarah ayat 183) Ayat diatas selalu kembali berulang dibacakan oleh para ustadz, mubaligh/ghah, khotib Jum'at dan para guru ngaji dihadapan umat Islam, sesaat mau memasuki bulan Ramadhan atau dalam1 Perbanyak teman. Memperbanyak teman bisa mengurangi para pelaku bullying membully kita lho, karena biasanya kalau banyak teman, para pelaku bullying tidak akan berani mengganggu kita dan teman-teman kita pasti akan membela. Pelaku bullying lebih suka mengganggu orang-orang yang suka menyendiri dan tidak memiliki teman, karena dianggap lemah
9TFEwU.